Menikahlah dengan Kesiapan untuk Bercerai, Kenapa ? ini jawabanya !
Kamubelumtau - Aku belum pernah menikah jadi belum punya gambaran utuh tentang bagaimana perasaan seorang istri yang terluka dalam rumah tangga. Namun aku menemukan banyak kisah menyakitkan yang terjadi dalam rumah tangga. Salah satunya yang aku highlight adalah seorang istri yang terpaksa bertahan karena tidak punya tempat untuk pergi.
Memang ada beberapa istri yang memilih bertahan dalam rumah tangga yang menyakitkan demi anaknya. Mereka tidak ingin anak-anak kehilangan figur seorang ayah. Namun kasus ini lebih spesifik kepada suami yang tidak membahagiakan istrinya namun sangat menyayangi anaknya.
Jadi konteksnya gini: Seorang istri tidak mendapatkan nafkah dari suaminya setelah menikah. Bebannya ditambah dengan diminta ikut meng-cover kebutuhan rumah tangga. Jadi secara keseluruhan, pernikahan tersebut justru membuat kehidupan istri sangat berat.
Dari kisah ini, saya menanamkan prinsip bahwa saya akan menikah setelah memiliki banyak hal untuk saya sendiri. Diantaranya adalah ekonomi yang mapan untuk memenuhi kebutuhan saya. Saya merasa bahwa kemandirian finansial seorang istri sangat penting, bahkan meski suaminya kaya.
Namun hal ini sepertinya nggak terlalu berlaku buat perempuan yang begitu dicintai oleh suaminya. Atau lebih tepatnya nggak berlaku untuk perempuan yang menikah dengan pria spek ceo ala-ala drama.
Jadi gini, saat seorang istri memiliki kemandirian finansial, maka dia tidak harus bergantung pada suaminya untuk semua hal. Banyak kebutuhan pribadi yang bisa dicover sendiri.
Bertahan dalam rumah tangga yang menyakitkan demi anak menurut saya juga tidak selalu menjadi pilihan yang ingin diambil. Karena jika punya tempat untuk pergi, banyak wanita yang memilih untuk berpisah dengan suaminya dalam kondisi tersebut.
Jika seorang wanita pergi dari rumah tangga, maka sudah pasti dia ingin membawa anaknya. Namun membesarkan anak bukan hal mudah. Dalam tanda kutip karena anak memiliki hak untuk mendapatkan banyak hal. Diantaranya kecukupan pendidikan serta kecukupan mendapatkan apa yang dia butuhkan.
Tanpa kemandirian finansial, wanita akan berfikir dua kali untuk pergi karena masa depan anaknya menjadi taruhan. Terlebih jika sudah tidak ada rumah orang tuanya untuk kembali.
Sebenarnya tulisan ini adalah kekhawatiran saya tentang ketidakbahagiaan dalam rumah tangga jika saya menikah lagi. Karena laki-laki sempurna sepertinya hanya ada dalam drama-drama, seperti yang saya tonton selama ini.
Maka saya ingin menikah setelah memiliki kemandirian finansial. Jadi saat rumah tangga tersebut benar-benar tidak membahagiakan dan memberi manfaat positif, saya bisa say good bye dengan tenang.
Tenang karena saya bisa mencukupi kebutuhan setelah menikah tanpa harus bergantung pada orang lain. Bahkan jika harus membawa anak pergi, saya memiliki kesiapan untuk membesarkan mereka.
Namun bukan berarti saya bersiap-siap untuk bercerai juga. Hanya antisipasi saja. Alhamdulillah kalau kelak saya bisa menciptakan atmosfer rumah tangga yang positif.
Bahkan negara saja selalu siap perang meski tidak ada planning bertempur. Maka demikian yang saya persiapkan untuk kebahagiaan saya dan orang-orag terdekat kedepannya.
Comments