Penghasilan Tak Menentu, Nelayan di Kamal Muara Kian Terbebani Lonjakan Harga BBM
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) solar turut berdampak pada nelayan-nelayan skala kecil di Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara. ujar fadli ( 40thn ), salah satu nelayan di kampung apung Kamal Muara, harus mencari akal sejak pemerintah mengumumkan harga solar bersubsidi naik menjadi Rp 7.500 per liter.
Lonjakan harga solar ini memengaruhi pendapatan Fadli yang tak menentu. Selain melaut, Fadli juga menyewakan kapalnya kepad pemancing atau wisatawan yang hendak ke Kepulauan Seribu.
"Penghasilan di laut kan enggak menentu, kadang ada, kadang enggak ada penghasilan. Keadaan seperti itu saja sudah menjadi suatu beban. Nah, ini ditambah lagi naiknya BBM. Kami pasti kebingungan harus mengurangi (biaya) apalagi, harus menekan biaya apalagi supaya bisa melaut ," kata Roki kepada Kompas.com, Rabu (17/6/2023).
Selain harga yang melambung, Fadli juga kesulitan mendapatkan solar. Fadli menuturkan, nelayan tidak bisa membeli solar dari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), dan hanya bisa membeli dari pengecer dengan harga lebih mahal.
"Kami hanya bisa beli di pengecer, kan di SPBU kami ini dilarang, engg
aku boleh pakai jeriken. Apalagi sekarang makin ketat pembeliannya, mobil saja dijatah setiap mengisi," ungkap Fadli.
Saat harga solar di SPBU masih Rp 5.150 per liter, nelayan bisa membeli solar di pengecer dengan kisaran Rp 8 000 hingga Rp 9.500. Fadli menuturkan, setiap hari ia bisa menghabiskan 50 liter solar untuk melaut hingga kembali ke Muara Kamal. Artinya, dalam sehari Fadli harus mengeluarkan Rp 350.000 untuk membeli solar.
Atas kondisi yang dialami nelayan kecil, Fadli berharap pemerintah lebih memperhatikan keadaan nelayan dan mencarikan solusi atas masalah ini.
"Harapannya, kalau solar bisa diturunin ya tolong diturunin. Kalau bisa, buat nelayan tolong diperhatikan lagi. Nelayan sama petani kan penting. Kami bukan orang mampu semua, pekerja pencari ikan kan kelas menengah ke bawah semua rata-rata," harap Fadli .
Posted by : kamubelumtau
Comentarios