Pola Makan Buruk Saat Remaja Bisa Berlangsung hingga Dewasa
kamubelumtau.com — Peneliti menemukan bahwa pola makan yang buruk umumnya terbentuk saat kuliah atau setelah masa sekolah menengah. Kebiasaan ini bisa berlangsung hingga beberapa dekade dan berisiko menimbulkan berbagai penyakit di masa depan.
Hal tersebut sesuai temuan Joan Bottorff, profesor di University of British Columbia, Okanagan Campus, Kanada. Penelitian dilakukan terhadap hampir 12.000 mahasiswa kedokteran di 31 universitas di China.
Penelitian dilakukan bersama School of Medicine di Jinan University, China, dan dipimpin Shihui Peng. Hasil riset dipublikasi di jurnal Preventive Medicine Reports. Adapun penelitian dilakukan untuk mengkaji relasi antara perilaku makan dan obesitas dan berbagai penyakit.
”Kita tahu banyak mahasiswa mengonsumsi makanan tinggi kalori serta makanan dan minuman manis, serta ada banyak bukti yang menunjukkan perilaku makan berdampak ke obesitas. Ini bukan satu-satunya hal yang dapat mengarah ke obesitas, tetapi itu penting dan tak bisa diabaikan,” kata Bottorff seperti dikutip dari laman University of British Columbia, Senin (5/6/2023).
Menurut Bottorff, stres dan kecemasan turut berperan dalam pola makan tinggi kalori dan gula. Dua kondisi mental itu dapat mendorong seseorang makan berlebihan. Di sisi lain, makan berlebihan juga bisa mengarah ke stres dan depresi. Jika hal itu tidak diintervensi, pola makan tidak sehat dapat menyebabkan obesitas dan gangguan kesehatan jangka panjang. Mereka juga rentan menderita penyakit tidak menular maupun menular.
Sebagai contoh, beberapa studi menyatakan, obesitas meningkatkan risiko seseorang terpapar Covid-19 atau penyakit infeksi yang disebabkan virus korona baru. Kondisi mereka juga rentan memburuk setelah terinfeksi, misalnya sulit bernapas dan rentan mengalami peradangan. Sistem kekebalan tubuh mereka pun lebih buruk dibandingkan orang yang tidak obesitas.
Adapun obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyebab berbagai penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal. Penyakit-penyakit tersebut membuat orang dengan obesitas pun rentan terhadap penyakit menular.
”Intinya, kita tidak boleh mengabaikan pola risiko di kalangan anak muda di kampus. Sudah tercatat bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki pola makan tak sehat,” ucap Bottorff. ”Jenis makanan yang mereka konsumsi berhubungan dengan obesitas. Ini bisa mengarah ke masalah kesehatan lain, tidak hanya penyakit kronis, tapi juga penyakit menular,” tambahnya.
Risiko penyakit jantung
Ketua Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin sebelumnya mengatakan, pola makan tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner. Makanan tersebut mencakup makanan tinggi garam, gula, dan lemak. Edukasi masyarakat tentang makanan sehat pun diperlukan.
”Mesti beri pengetahuan ke masyarakat tentang mana makanan yang baik dan tidak. Mana yang harus dikurangi atau dikontrol, seperti gorengan dan santan,” kata Esti pada diskusi di Jakarta, akhir Mei 2023.
Selain dengan pola makan sehat, risiko penyakit jantung juga bisa dihindari dengan rutin berolah raga 3-4 kali dalam sepekan. Durasi olahraga 30-40 menit pada setiap sesi. Waktu dan jenis olahraga dapat disesuaikan dengan keseharian masing-masing orang.
Esti menambahkan, penyakit kardiovaskular dapat dihindari dengan menjaga gaya hidup sehat, baik dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidak merokok, rutin olahraga, tidur cukup, maupun menghindari stres. ”Penyakit jantung masih tertinggi (penyebab kematian) di Indonesia dan dunia. Beban pembiayaan ke BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan juga nomor satu,” katanya.
Berdasarkan catatan BPJS Kesehatan pada tahun 2020, penyakit jantung menjadi penyakit dengan biaya terbesar, yakni Rp 10,3 triliun. Penyakit jantung masih menjadi beban biaya terbesar pada 2021 dengan angka mencapai Rp 7,7 triliun.
Posted by : kamubelumtau
コメント