Cerita Wanita Kena Penyakit Paru-paru Imbas Nge-vape 5 Bulan: Serasa Terbakar
kamubelumtau.com - Seorang wanita di Washington, Lucy Turchin (35), sekarang tidak bisa meninggalkan rumah tanpa tabung oksigen. Ia mulai vaping saat berusia 31 tahun dalam upaya berhenti merokok. Lima bulan kemudian ia mulai mengalami 'rasa terbakar kimiawi' di paru-parunya.
Dikutip dari Daily Mail, Lucy melihat beberapa perbaikan ketika dia berhenti vaping. Namun, ketika melanjutkannya 7 bulan kemudian, rasa sakit itu muncul lagi.
Awalnya ia salah didiagnosis dengan penyakit asma dan kecemasan. Ini karena hasil rontgennya jernih dan kadar oksigennya normal.
Tiga tahun kemudian, Lucy menjalani CT scan dan terungkap bahwa ia mengidap pneumonitis hipersensitivitas yakni kelainan sistem kekebalan yang menyebabkan peradangan pada jaringan paru-paru.
Dokter mengesampingkan rokok sebagai penyebab hipersensitivitas Lucy karena masalah paru-parunya dimulai tak lama setelah ia beralih ke vaping.
Kondisi Lucy sangat serius sehingga harus keluar dari program magisternya dan bahkan membatalkan pernikahannya.
Lucy menghabiskan 30 ribu dolar AS atau sekitar Rp 446 juta untuk perawatan. Ia harus pergi ke rumah sakit setiap minggu untuk mendapatkan steroid guna mengontrol kondisinya.
"Saya hampir tidak pernah meninggalkan rumah karena risiko terpapar asap dan asap vape saat berada di tempat umum. Ini semua menakutkan bagi saya. Saya trauma dan memiliki banyak ketakutan," kata wanita asal Washington itu.
"Saya akan melakukan apa saja untuk kembali ke masa lalu dan telah membuat pilihan yang berbeda. Saya banyak menangis dan bertanya-tanya mengapa ini terjadi pada saya. Dunia sepertinya ada di ujung jari saya sebelum ini," lanjutnya.
Meskipun ada pengguna vape yang terlihat sehat, Lucy mengatakan mereka mungkin beruntung. Namun, risiko kesehatan akibat vape selalu ada.
"Kita tidak dapat dan tidak akan benar-benar mengetahui risikonya sampai lebih banyak milenial dan gen Z meninggal karena vaping. Kita tidak akan tahu sampai terlambat," jelasnya.
"Saya bukan orang pertama yang terkena pneumonitis hipersensitivitas dari vaping. Saya juga tidak akan menjadi yang terakhir," katanya
Emily Banks, seorang profesor epidemiologi dan kesehatan masyarakat,mengatakan penelitian lebih lanjut masih diperlukan tentang efek vaping. Akan tetapi, ada bukti yang menunjukkan bahwa vape memiliki efek buruk bagi kesehatan paru-paru anak muda dan non-perokok.
"Saat menggunakan rokok elektrik, Anda memanaskan cairan elektronik ke suhu yang sangat tinggi.Ini menciptakan aerosol yang dihirup pengguna. 244 bahan kimia telah ditemukan dalam rokok elektrik dan itu memenuhi jaringan yang sangat sensitif," papar Banks.
"Di Australia, rokok elektrik hanya direkomendasikan untuk berhenti merokok. Tapi mereka sekarang dipasarkan ke anak muda dan tidak terbiasa berhenti dan anak muda menghadapi risiko yang signifikan," sambungnya.
Sebuah penelitian dari AS yang menunjukkan bahwa mereka yang vaping dengan vitamin E asetat dan ganja menimbulkan efek yang lebih parah.
"Merokok sangat merusak paru-paru, menyebabkan kanker paru-paru, dan masalah paru-paru lainnya. Hal terbaik yang dapat dilakukan perokok adalah berhenti," pesannya.
Posted by : kamubelumtau
Comments